Kamis, 14 Juli 2011

Sebuah Harapan Kecil Tentang Pendidikan


          Sebagai seorang ibu yang menginginkan sekolah yang benar-benar mendidik anak-anak kita saya prihatin sekali dengan berita-berita akhir-akhir ini yang sangat ‘confront’ sekali dengan dunia pendidikan, kecewa,marah,khawatir, campur aduk jadi satu,,ya?!!  pertanyaannya adalah kenapa itu terjadi di Negara kita? Lalu harus kemana kita menyekolahkan putra-putri kita nantinya?.  Tapi apa yang bisa saya lakukan untuk merubah system itu,saya cuma ibu rumah tangga biasa yang galau dengan persoalan yang besar,yang notabene akan saya hadapi nantinya saat putra saya sudah bersekolah formal,mungkin masih ‘nanti’ karena Dika masih 4th, saya hanya ingin menumpahkan uneg-uneg saya tentang pendidikan tanpa ingin menyalahkan siapa-siapa. hanya harapan smg kedepannya system pendidikan di Indonesia lebih baik,,,, 

Kasus Pertama yang saya lihat dan saya baca di media adalah Potret Pendidikan di Banten.

       Kenapa saya menggaris bawahi kasus ini? Karena terjadinya di “BANTEN” yang sangat dekat dengan Ibu Kota. Mungkin berangkat sekolah dengan cara ‘heroik’ ada di daerah Indonesia yang terpencil atau jauh dari sentuhan tangan Pemerintah, ternyata dialami juga oleh sebagian anak-anak di Indonesia di kota yang menurut mata awam saya maju, miris sekali melihat anak-anak itu harus berangkat sekolah melewati seutas tali dan berpegangan dengan seutas tali lain diatasnya yang  dibawahnya ada sungai dengan arus deras sekali, ga kebayang kalau tangan-tangan kecil itu terlepas atau terpeleset!  Yah, mungkin itu pikiran saya saja yang terlalu lebay dengan kata keselamatan,,, saya hanya ingin berteriak pada mereka yang dengan gagah berjanji diatas panggung dan podium saat Pemilihan Umum, ‘contohlah kemauan mereka kesekolah dengan taruhan nyawa,bukan janji kosong untuk suatu prestige pribadi!!’

Yang baru-baru ini marak adalah ‘contek Massal’ saat Ujian. (yang aneh pemrakarsanya adalah para Guru yang mestinya anti sama kata –contek).

      Cuma bisa menghela nafas saja,,, berdoa semoga Sekolah atau Guru-guru Dika nantinya skip dari niat itu. Untuk Ibu Siami (Sby) dan Ibu Irma (Jkt) salute!! mereka adalah Ibu-ibu yang hebat, semoga Alif dan Ibrar bisa menjadi masa depan bangsa yang memndang semua dari segi kejujuran.

Kasus si kembar Yoga-Yogi,SDN Sitirejo 4 Malang-Jatim

      Kedua bocah itu di ‘pecat’ dari sekolah lantaran Ibunya melaporkan pungutan-pungutan liar disekolah kepada Pemerintah Kab.Malang, saya Cuma teringat dengan iklan dana BOS dari pemerintah,,, dan diakhir iklan ada anjuran wali murid harus  melaporkan penyelewengan yang terjadi,terus,,,, apa yang salah dengan pelaporan itu? Saya Cuma khawatir nasib Yoga-Yogi apabila mereka diterima kembali masuk di SDN tsb,saya rasa lebih baik mereka mencari sekolah lain,,,sebelum para Pendidik di Sekolah mereka bisa berpikir terbuka tentang sebuah kritik.

Yang terakhir yang paling mengusik pikiran saya dan orang tua lainya (mungkin) adalah mahalnya biaya masuk sekolah,mulai dari dasar hingga perguruan tinggi.

      Selintas mendengar Ibu-ibu mengeluh tentang biaya masuk sekolah putra-putri mereka,masuk SMP Negeri  di tingkat kecamatan saja mereka harus mengeluarkan biaya 2jt belum untuk buku dan seragam serta perlengkapan lain penunjang masuk sekolah,apalagi untuk SMP yang bertaraf Internasional (katanya) mau tidak mau 5jt harus tersedia belum prasarana wajib tenteng yaitu Laptop dan bla,,,blaa,,,, hmmmm,,, speeachless!! Saya Cuma berharap saat Dika mulai sekolah formal nantinya Pendidikan bukan momok yang harus dihadapi setiap tahunnya,,,

Aku percaya, suatu saat spanduk-spanduk, baliho-baliho, iklan media bertuliskan Pendidikan Untuk Semua, akan menghiasi sudut-sudut nusantara. Bukan sebagai iklan belaka, bukan sebagai motto belaka, apalagi hanya menjadi janji kampanye. Indonesia hanya sedang tidur dan suatu hari nanti Dia akan Bangkit!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar